Oleh: SULAIDI, S.Pd.I
Kepsek SMPN 1 Air Nangak
Kabupaten Kepulauan Anambas adalah kabupaten baru hasil pemekaran tahun 2008 dari kabupaten Natuna di Provinsi Kepulaian Riau. Terdiri dari 16 kecamatan saat ini hasil pemekaran tahun 2008 yang dulunya terdiri dari 7 kecamatan. Kecamatan tambahan antara lain Kecamatan Siantan, Palmatak, Siantan Selatan, Siantan Timur, Jemaja, Jemaja Timur dan Siantan Tengah. Yang baru baru ini menjadi 10 kecamatan ditambah Jemaja Barat Siantan Utara dan Kute Siantan, Penambahan kecamatan bertujuan untuk memperpendek batas kendali wilayah. Agar program pemerintah berjalan maksimal.
Kepulauan ini terdiri dari 206 pulau sehingga untuk menghubungkan satu daerah dengan daerah lainnya menggunakan transportasi laut berupa kapal laut. Kapubaten Anambas adalah kabupaten terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga seperti Philipina dan Malaysia. Ada tiga Akses menuju Kabupaten Anambas dari ibukota provinsi Kepulauan Riau kota Tanjungpinang yaitu pertama dengan menggunakan jalur udara dengan pesawat yang membuka rute Tanjungpinang – Letung/Matak. Kedua dengan menggunakan kapal ferry cepat dengan jarak tepun 8 – 9 jam perjalanan. Kepulauan Anambas sebelah barat dan berbatasan langsung dengan laut Tiongkok selatan. Laut Tiongkok Selatan yang dulunya dikenal sebagai laut Cina Selatan saat ini sedang menjadi buah bibir nasiona atas perebutan sumber daya laut oleh kapal-kapal asing.
Sebagai putra daerah kelahiran Kampung Air Nangak dan saat ini mengabdi untuk daerah selama sebelas tahun sebagai seorang pendidik, ada hal haru saat melihat perkembangan Kabupaten Anambas kini. Telah banyak pembangunan dilakukan, akses transportasi dari Ibu Kota Provinsi menuju Anambas semakin mudah. Apalagi sejak pemekaran kabupaten Kepulauan Anambas menjadi daerah otonom. Sudah ada rumah sakit dan Sekolah Tinggi di Ibu Kota Kabupaten. Putra – putri daerah sudah mendapatkan haknya mengenyam pendidikan layaknya anak-anak perkotaan.
Namun, tersebab Anambas adalah Kab kepualauan yang terdiri dari gugusan pulau-pulau, masih ada siswa- siswi kami yang harus menyebrangi lautan demi menuntut ilmu. Mereka adalah anak-anak penduduk yang tinggal di pulau terpencil yaitu Kampung Air Sena, Muntai,Teluk Sunting, Air Nangak. Kesadaran para orang tua akan pentingnya pendidikan menjadikan mereka terus mendorong anak-anak mereka untuk semangat menuntut ilmu walau harus mengarungi lautan. Anak-anak yang tinggal di Kampung Air sena, Muntai,Teluk Sunting, harus bangun subuh, dan setelah subuh bersiap berangkat kesekolah dengan menggunakan perahu kecil atau Pompong yang sudah dibayarkan oleh pemerintah ke pulau sebelah yaitu kampung Air Nangak dimana tempat mereka menuntut ilmudi SMP 1 Air Nangak. Setelah Pelabuhan Air Nangak siswa-siswi yang berasal dari pulau yan menyeberang mesti berjalan kaki selama 10 menit agar sampai kesekolah mereka. Keadaan itu terus berlanjut pergi dan pulang sekolah harus berjalan kaki dan menggunakanan sampan kecil. Tak jarang mereka tiba di rumah sudah menjelang waktu ashar.
Saat ditanyakan kepada orang tua meraka. Tak ada orang tua yang tidak cemas melihat keadaan anak-anak mereka yang mengharuskan menyebrangi lautan demi menuntut ilmu. Apalah lagi saat musim angin utara (musim Hujan), dengan gelombang tinggi. Kecemasan semakin menjadi-jadi, tak jarang saat kembali kerumah anak-anak dalam keadaan basah kuyup lantaran seragam sekolah terkena gelombang air laut. Namun, besarnya harapan orang tua yang terhadap anak-anak mereka demi mengubah nasib hidup dan juga mendapatkan pendidikan mereka kuatkan hati melepas anak-anak pergi menuntut ilmu.
Semoga pihak pemerintah aar tetap mempertahankan pembayaran pompong siswa tersebut selamanya. Agar para orang tua bisa diringankan beban dalam memberi ilmu pada anak anak mereka.***