INFORMASI: Anambaspos.com kini menjadi Anambaspos.co.id

Terpapar Radikalisme, Tjahjo Kumolo Ungkap 16 ASN Gagal Jadi Eselon I

Terpapar Radikalisme, Tjahjo Kumolo Ungkap 16 ASN Gagal Jadi Eselon I
Tjahjo Kumolo. - Foto: Antara.

JAKARTA, AnambasPos.com – Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Tjahjo Kumolo mengungkap lebih dari 16 aparatur sipil negara (ASN) gagal menjadi eselon I. Hal ini disebabkan, karena rekam jejak digital suami maupun istri para ASN tersebut, kerap memantau tokoh radikal melalui media sosial (medsos).

“Masalah radikalisme, terorisme. Ini saya bikin stres, dua tahun (jadi) Menteri PANRB dalam sidang TPA, hampir di atas 16 calon eselon I yang sudah hebat, profesor, doktor, mulai dari bawah naik, ikut TPA, gagal jadi eselon I, gara-gara kelakuan istrinya atau suaminya,” kata Tjahjo saat acara Peningkatan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Jakarta, seperti dilansir Beritasatu.com, Rabu (1/12/2021).

“Istrinya kalau malam, kerjanya buka medsos tokoh-tokoh radikal, tokoh-tokoh teroris. Gagal. Pokoknya yang berbau terorisme, radikalisme, itu ancaman bangsa,” tegas Tjahjo dalam kegiatan yang diselenggarakan Kemenko Polhukam tersebut.

BACA JUGA  Menkes Budi Targetkan Produksi Alkes 60% Gunakan Komponen Lokal

Tjahjo menyatakan pengawasan juga dilakukan terhadap keluarga dari para ASN yang berbau radikal.

“Kita harus berani bersikap siapa kawan siapa lawan. Adalah perorangan, kelompok, dan golongan yang dia terang-terangan atau sembunyi-sembunyi menyebar masalah radikalisme teroris, termasuk di eselon II eselon I, keluarganya yang berbau ini, atau suka buka medsos, di-drop,” kata Tjahjo.

Menurut Tjahjo, hampir tiap bulan Kementerian PANRB selalu menerbitkan surat keputusan (SK) pemberhentian terhadap ASN, khususnya yang terpapar radikalisme. Sebab, ada bukti rekam jejak digital para ASN yang dipecat tersebut.

BACA JUGA  Asyik Selfie, Anggota PMR Ditemukan Tewas Tenggelam di Air Terjun Gowa

“Hampir setiap bulan kami mengeluarkan SK ASN yang kita berhentikan karena terpapar radikalisme terorisme,” kata Tjahjo.

Sebelum melakukan penyadapan dan mengecek rekam jejak digital ASN, termasuk keluarga, pihaknya membuat izin terlebih dahulu. Tjahjo menyatakan pengecekan rekam jejak digital dilakukan, mulai dari menyaring dan mengecek akun medsos pribadi ASN.

BACA JUGA  Akademisi Minta Greenpeace Hentikan Kebohongan Data Deforestasi Indonesia

“Otomatis izin dong. Ada perizinan kami membawa surat. ‘Eh kamu mau saya angkat jadi eselon I akan kami cek rekam jejakmu selama ini’. Rekam jejak digital sampai mati kan enggak akan hilang, makanya hati-hati kalau orang mau jadi pejabat,” ujar Tjahjo.

“Medsos kita saring. Benar enggak medsos asli atau tidak. Sekarang gampang orang badan siber polisi bisa tangkap orang dalam tempo satu menit bisa siapa yang memfitnah siapa yang membuat berita hoax,” demikian Tjahjo.

 


Terhubung dengan kami