Menjadi Tuan Rumah Pelaksanaan Musyabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) IX Tahun 2022, merupakan kesempatan emas bagi Kabupaten Kepulauan Anambas untuk memperlihatkan segala keunggulan potensi daerah yang dimiliki. Fakta Kepulauan Anambas pada usia yang ke 14 tahun sebagai sebuah Daerah Otonomi Baru (DOB) di Provinsi Kepri ini, akan disaksikan oleh public Kepri. Ribuan mata akan melotot menatap bumi berjuluk Kayuh Serentak Langkah Sepijak itu. (Undang–Undang Nomor 33 Tahun 2008 tentang. Pembentukan Kabupaten Kepulauan Anambas)
Enam kafilah dari kabupaten dan kota se- Provinsi Kepri ditambah satu stakeholder terkait dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kepri, selama sepekan ke depan terhitung dari 14 hingga 20 Juli 2022, berkumpul di Kepulauan Anambas. Pastinya, akan ada penilaian tersendiri dari masing-masing kafilah dan stakeholder terkait Pemrov Kepri itu, terhadap realitas Kepulauan Anambas setelah beberapa hari berada secara langsung di negeri yang dekat dengan negara jiran Malaysia tersebut.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kepulauan Anambas, diuji untuk menyukseskan gawai akbar religi tingkat Provinsi Kepri itu. Jauh-jauh hari sebelumnya, tentunya segala persiapan telahpun dilakukan. Seluruh sumberdaya tentu pula sudah dikerahkan agar MTQ berjalan lancar, aman dan kondusif. Walaupun infrastruktur MTQ yakni pembangunan astaka, baru saja rampung. MTQ yang dijadwalkan lebih awal sebelumnya itu, sempat terjadi penundaan. (Infrastruktur Belum Rampung, Anggota DPRD Minta MTQ Ditunda. TransKepri.com)
Bukan hanya sekedar soal sukses atau tidaknya pelaksanaan MTQ itu tentunya. Namun esensi yang lebih besar adalah, bagaimana momentum penting ini, menjadi ajang evaluasi bagi para pemangku kebijakan. Dalam hal ini Pemkab Kepulauan Anambas dan Pemprov Kepri, terhadap realisasi pembangunan infrastruktur pendukung perkembangan sebagaimana layaknya sebuah kabupaten. Sebab, Kepulauan Anambas merupakan beranda terdepan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Aspek kesejahteraan memang menjadi amanat dari tujuan pemekaran, namun aspek kedaulatan menjadi sebuah keharusan untuh keutuhan suatu negara bangsa yang sama-sama penting untuk disikapi. (Percepatan Pembangunan Daerah Perbatasan, BNPP Sisir Kabupaten Kepulauan Anambas. Kompas.com – 16/03/2020,)
Setidaknya, terdapat fakta-fakta memperangahkan yang akan disaksikan langsung oleh pemangku kebijakan dari proses pelaksanaan MTQ ini. Pertama, saat para kafilah hendak datang ke Kepulauan Anambas, sarana transportasi berupa kapal very cepat sangat terbatas. Tidak banyak trayek pelayaranan.
Berbeda dengan Batam- Tanjungpinang-Tanjung Balai Karimun dan sekitarnya. Jarak tempuh perjalanan laut sangat jauh. Sehingga, para pengusaha kapal tidak tertarik untuk berinvestasi karena biaya operasionalnya sangat mahal.
Tarnsportasi udara pula, keterbatasan jam terbang. Karena, sedikitnya penumpang pada jadwal reguler. Tentu faktor penyebabnya adalah masih lemahnya daya beli masyarakat. Persoalan tersedianya armada kapal very cepat yang representatif, penambahan jam terbang pesawat dari dan ke Kepulauan Anambas, menjadi perihal yang perlu perhatian khusus oleh pemerintah.
Terutama bagi pemerintah pusat. Sebab, sangat berkaitan dengan komitmen pengembangan kawasan perbatasan. Seperti memberikan dana subsisi transportasi atau peng-alokasian dana pembangunan infrastruktur pendukung pelabuhan dan bandara lainnya, sebagai bentuk hadirnya pemerintah di daerah perbatasan. (Perpres No. 27 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan kewajiban pelayaan public untuk angkutan barang dari dan ke daerah terluar, tertinggal, terpencil dan perbatasan. )
Fakta kedua, setelah tiba di Pelabuhan Pemda Tarempa, para rombongan kafilah hanya disambut dengan Pelabuhan Sri Siantan yang terkesan masih pelabuhan sekelas kecamatan. Sempit, pendek panas dan tidak teratur. Tidak ada yang menarik yang disuguhkan di pelabuan tua itu.
Seyogyanya memang, pelabuhan sebagai pintu masuk sebuah kabupaten atau kota, harus representatif, eklusif dan nyaman sebagai bukti keseriusan pemerintah dalam memberi rangsangan untuk pertumbuhan ekonomi.
Ketiga, setelah tiba di pelabuhan Sri Siantan, para kafilah akan kesulitan dalam mendapatkan akses trnsportasi darat. Pasalnya, kendaraan roda empat atau mobil tidak leluasa keluar masuk pelabuhan, seperti lazimnya di pelabuhan –pelabuhan lain yang ada pada kabupaten dan kota di Provinsi Kepri.
Kalaupun ada, itu pastilah kendaraan milik pemerintah saja beberapa buah. Sedang kendaraan umum milik pribadi terbilang tidak ada. Apatah lagi angkutan umum lainnya yang berbasis aplikasi online seperti gocar, gojek, maxsim, entah zaman kapan baru ketemunya.
Hal itu dipengaruhi oleh kondisi Area Pasar Kota Tarempa yang terkoneksi langsung dengan pelabuhan. Akses jalan sempit tidak lebar dan memadai untuk keluar masuk kendaraan roda empat. Oleh karenanya, pusat kota baru dan pelabuhan baru yang refresentatif tentunya perlu menjadi atensi bagi pemangku kebijakan sebagai langkah pengembangan pembangunan selanjutnya.
Keempat, berikutnya para kafilah akan di-drop ke tempat-tempat penginapan yang telah disiapkan oleh pihak penyelenggara. Sekali lagi, tentu dirasakan tidak sesuai dengan apa yang mereka bayangkan jika dibandingkan dengan di tempat-tempat lain. Hotel-hotel dan penginapan yang disediakan hanya dengan fasilitas seadanya. Tidak ada hotel yang berbintang.
Semoga saja, rasa lelah dan penat yang mendera para kafilah tersebut, dapat sedikit terobati ketika berfoto-selfi di area Masjid Agung Baitul Makmur, dengan latar belakang vew laut Kepulauan Anambas yang biru membentang. Ditambah pula, warna jingga sunset menjelang senja, memberikan sedikit sentuhan mempesona yang membekas dan tidak terlupakan.
Masjid Agung Baitul Makmur itu, kini menjadi icon bagi Kepulauan Anambas. Salah satu simbol keberhasilan Pemkab Kepulauan Anambas dalam meletakkan dasar-dasar pembangunan. Memiliki nilai-nilai peradaban tinggi bagi kehidupan ummat di masa-masa mendatang.
Sinyal internet 4G dan bangunan megah Masjid Agung Baitul Ma’mur, dua fakta keberhasilan yang patut diapresiasi. Infrastruktur pendukung tersedianya Kepulauan Anambas merdeka sinyal, sudah dapat pula dirasakan oleh masyarakat Kepulauan Anambas pada saat ini. Pengunjung dapat mengunggah sepuas-puasnya foto-foto yang menarik di arena MTQ tersebut.
Tentu ada sisi baik-dan sisi lemah dari sebuah even yang diselenggarakan. Mudah –mudahan melalui MTQ ini, Kepulauan Anambas semakin tersohor dan lebih dikenal dengan segala potensi maritimnya. Kedatangan para tamu-tamu agung ini, dapat sebagai corong terbuka untuk mempromosikan secara masiv, akan keberadaan Kepulauan Aambas. Baik pada skalla regional Kepri maupun ke dunia internasioanal. Mengingat, Kepulauan Anambas juga berada di jalur perdagangan dunia yang prospektif.