ANAMBAS, Anambaspos.co.id – Nelayan bagan di perairan Kabupaten Kepulauan Anambas tengah menghadapi masa sulit. Dalam beberapa pekan terakhir, harga cumi hasil tangkapan mereka mengalami penurunan drastis hingga menyentuh angka Rp20 ribu per kilogram, jauh di bawah harga wajar sebelumnya.
Sebelumnya, para nelayan sempat menikmati harga jual yang lebih layak, yakni Rp35.000 hingga Rp38.000 per kilogram, berkat salah satu penampung lokal yang aktif membeli cumi dengan harga kompetitif.
Namun situasi berubah ketika penampung tersebut tidak lagi bisa mengirim barang ke Jakarta akibat kendala distribusi. Akibatnya, gudang penyimpanan penuh dan aktivitas pembelian cumi dari nelayan dihentikan.
Kondisi ini memaksa nelayan untuk menjual hasil tangkapan mereka ke penampung lain dengan harga jauh lebih rendah, yakni antara Rp25.000 hingga Rp20.000 per kilogram. Harga ini dianggap tidak sepadan dengan perjuangan nelayan yang harus menghadapi risiko tinggi di laut lepas.
Fitrahadi, salah satu nelayan bagan, mengungkapkan kekecewaannya. Ia menduga adanya permainan harga yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu yang ingin menguasai pasar.
“Ada indikasi monopoli dari beberapa penampung besar. Kami nelayan kecil jadi tidak punya pilihan selain menjual dengan harga rendah. Padahal biaya melaut itu tinggi, belum lagi risiko cuaca buruk,” ujar Fitrahadi.
Para nelayan berharap adanya perhatian dari pihak berwenang untuk menelusuri kemungkinan praktik tidak sehat dalam tata niaga cumi di Anambas. Mereka mendesak agar pemerintah daerah dan lembaga terkait segera turun tangan untuk mengawasi distribusi hasil tangkapan serta melindungi hak-hak nelayan kecil.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari pihak-pihak terkait mengenai dugaan monopoli harga tersebut. (*)







