JEMAJA, anambaspos.com – Kecamatan Jemaja kaya akan temuan barang antik. Bahkan, bukan hanya barang antik, perhiasan emas juga kerap ditemukan di wilayah tersebut. Adanya temuan ini memunculkan dugaan Pulau Jemaja merupakan tempat singgah para petinggi kerajaan dan sebagai tempat menyimpan benda antik para bangsawan asing pada masa lampau.
Keberadaan barang antik di Jemaja itu sudah diliput oleh sejumlah media nasional seperti Antara News, JPNN group dan sejumlah media lainnya. Diantaranya misalnya, batampos.co edisi Selasa 10 Juli April 2018 yang lalu menyajikan bahwa diperoleh keterangan dari Sapri, salah seorang warga Desa Batu Berapit Kecamatan Jemaja yang menceritakan bahwa awal mula warga mencari emas dan barang antik tersebut pada tahun 1984 silam. Saat itu, warga menemukan barang antik seperti piring, mangkok, tempayan termasuk emas murni.
Warga kemudian kata Sapri, menjadikan temuan tersebut sebagai koleksi. Namun belakangan ada yang dijual ke kolektor barang antik. ”Selain bisa dikoleksi, juga bisa dijual, karena banyak yang mencari benda-benda ini,” ungkap Sapri menjawab wartawan, Senin (9/4) yang lalu.
Untuk penemuan emas, terjadi saat Indonesia dilanda krisis moneter sekitar tahun 1999. Emas ditemukan saat dilakukan pembangunan jalan Desa Mampok, Kecamatan Jemaja. Warga pun beramai-rami mencari bongkahan emas di tepi-tepi badan jalan yang baru dibuka dengan menggunakan alat berat tersebut ketika itu.
Bertuliskan Majapahit dan Mandarin
Disinggung dari mana asal barang antik itu. Sapri pun mengatakan, dilihat dari tulisan, barang antik seperti mangkok, piring, dan barang pecah belah yang ditemukan bertuliskan bahasa Mandarin dan ada juga yang bertuliskan kerajaan Majapahit.
Barang-barang antik ini bukan hanya disimpan warga Jemaja. Warga Kecamatan Palmatak juga menyimpan di salah satu desa di Kecamatan Palmatak. Setiap kali ada ajang tahunan pemerintah daerah seperti MTQ dan acara bazar, benda-benda antik ini selalu dipajang di stan bazar Kecamatan Palmatak.
Kepala Desa Batu Berapit, Kecamatan Jemaja, Umar, membenar kan hal itu. Tak hanya warga, dirinya juga berburu barang antik ini ketika selesai bertugas. Ia pernah menemukan mangkok warna biru yang tidak diketahui tahun pembuatannya. Dia memperkirakan barang yang ditemukan berusia ratusan tahun.
“Saya juga ikut pergi mengantik (mencari barang antik, red) dan kemarin pernah dapat mangkok dan masih tersimpan di rumah dengan baik,” sebut Umar.
Menurutnya, Minggu (8/4) lalu, sekitar 50 orang mencari barang antik di Kampung Tukik, Desa Mampok, Kecamatan Jemaja. Hasilnya, satu warga Desa Batu Berapit berhasil menemukan mangkok dan piring berjumlah 15 unit, 9 unit di antaranya masih utuh, 6 lainnya pecah.
Ia berharap, Pemda Kepulauan Anambas dan Pemerintah Provinsi Kepri merawat dan membeli barang antik tersebut untuk disimpan dan dijadikan bukti sejarah dengan menempatkannya di tempat yang layak seperti museum atau tempat cagar budaya lainnya.
Tokoh Masyarakat Kepulauan Anambas, Azmi Marsalin terkait itu menyarankan kepada pihak penyelenggra even Festival Padang Melang (FPM) untuk menyediakan satu stand yang memajang aneka barang antik itu pada helat pariwista budaya tersebut.
“Saya kira harus disediakan stand khusus barang antik. Karena itu punya nilai historis tersendiri dan memiliki daya tari tinggi untuk kunjungan pariwisata dan budaya Kepulauan Anambas. Ke depan, Pemda memang mesti membuat satu museum khusus untuk barang antik tersebut. Sbagai salah satu daya tarik wista Anamabas,” ujar Azmi.(Red/ap/bp).