INFORMASI: Anambaspos.com kini menjadi Anambaspos.co.id

KemenkopUKM Bakal Perbanyak Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan

KemenkopUKM Bakal Perbanyak Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan
Nelayan di kawasan Kepualauan Seribu yang mengeluhkan mahalnya harga solar. KemenkopUKM berencana memperbanyak Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) untuk meringankan mereka. - Foto: Ryan Suryadi/RRI

JAKARTA, AnambasPos.com — Kementerian Koperasi dan UKM (KemenkopUKM) bakal memperbanyak tempat pengisian BBM skala mini di lingkungan nelayan.  Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) diperlukan untuk meringankan mereka mendapatkan akses BBM bersubsidi.

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan saat ini jumlah SPBN di dalam negeri hanya sekitar 388 unit. Sedangkan jumlah desa pesisir di seluruh penjuru negeri mencapai 11.000 titik.

“Nelayan sekarang mendapatkan solar dari pengecer, sehingga harga solar rata-rata Rp 10.000 per liter. Padahal jika dibeli dari SPBN Rp 6.800 per liter,” kata Teten lewat keterangannya, seperti dilansir RRI.co.id, Selasa (13/9/2022).

BACA JUGA  Apa Kabar Petani Anambas ? (Tajuk Redaksi Anambas Pos)

Teten mengatakan bahwa tiga kementrian memperoleh tugas langsung dari Presiden Jokowi untuk menstabilkan harga BBM untuk nelayan. Tiga kementrian itu Kemenkop UKM, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

Salah satu strateginya dengan mendirikan SPBN dengan model bisnis yang mirip dengan Pertashop. Dari laman resmi MyPertamina, Pertashop adalah lembaga penyalur bahan bakar resmi dari Pertamina yang berskala kecil.

Artinya, strategi stabilisasi harga yang disiapkan adalah efisiensi distribusi dengan skema antar bisnis atau Business to Business (B2B). Teten mengatakan pemerintah akan membuat pilot proyek terkait penekanan harga solar bagi nelayan di tujuh tempat.

“Setelah Desember 2022, kami akan ngebut. Skema ini lebih mudah, jadi B2B saja antara PT Pertamina dengan koperasi nelayan,” kata Teten.

Keputusan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi jenis Pertalite dan Solar dikeluhkan nelayan Kepulauan Seribu. Salah seorang nelayan Kepulauan Seribu, Amsar (55) mengaku hanya bisa pasrah.

BACA JUGA  Indra Gunawan, S. Hut Dilantik Jadi Camat Jemaja Timur

Apalagi harga BBM jenis Solar yang biasa ia gunakan untuk melaut berbeda jauh dari harga di darat.

“Merasakan (berat) sih, tapi ngikutin aja sudah saya mah. Ya harga segitu ya segitu. Kalau dulu Rp8.000 sekarang jadi Rp10.000. Kalau kita enggak beli, usaha nelayan enggak jalan,” kata Amsar.

Dirinya biasa membeli lima liter BBM setiap melaut. Hal ini biasanya digunakan untuk tiga hari melaut. Namun, pendapatan melaut pun kadang menurun dan tidak mendapat keuntungan.

 


Terhubung dengan kami