INFORMASI: Anambaspos.com kini menjadi Anambaspos.co.id

Ahli Epidemiolog Ungkap Kelemahan Pemerintah di Kilas Balik Tahun Kedua Pandemi

Ahli Epidemiolog Ungkap Kelemahan Pemerintah di Kilas Balik Tahun Kedua Pandemi
Seorang anak menerima vaksinasi Covid-19 di Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (5/2/2022). Vaksinasi booster berlangsung pada 19 Januari hingga 5 Februari 2022, dan setiap harinya disediakan sebanyak 500 dosis. - Foto: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG.

JAKARTA, AnambasPos.com – Pandemi Covid-19 sudah berlangsung selama dua tahun di dunia, termasuk Indonesia.

Epidemiolog Dicky Budiman mengatakan dalam masa penanganan pandemi, kelemahan kebijakan dan strategi pemerintah masih menjadi sorotan utama. Pada 2 Maret 2020 Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan temuan kasus pertama infeksi Covid-19.

Pada tahun pertama pandemi, kata Dicky, masyarakat mulai melihat banyak perubahan. Ketika itu karena belum ada program vaksinasi dan respon dari segi komunikasi di tingkat pemerintah pusat buruk membuat koordinasi juga terbatas.

BACA JUGA  Soal Tidak Adanya Perguruan Tinggi di Anambas, Nurman: Sedang Dalam Pembahasan Pihak Terkait

“Banyak mekanisme baru dibuat yang tentu menimbulkan masalah bukan hanya di pusat bahkan di daerah. Banyaknya institusi yang terlibat hal ini juga menjadi masalah di tahun pertama,” kata Dicky, seperti dilansir Kompas.com, Selasa (1/3/2022).

Kemudian seiring waktu, Dicky mengatakan masyarakat dan pemerintah mulai melihat Covid-19 mulai bisa dikendalikan. Secara perlahan-lahan, ujar Dicky, strategi komunikasi dan koordinasi pemerintah mulai membaik di tahun kedua.

BACA JUGA  Pertama Kali, Kota Batam Catat Nol Kasus Covid-19

“Strategi mulai kelihatan walau learning by doing, tapi kita tahu ternyata PPKM lebih efektif karena sifatnya dari atas. Banyak juga support (dukungan) sehingga tidak ada gap atau disparitas kemampuan daerah, tidak jadi alat politik juga oleh beberapa daerah, meskipun komunikasi dan strategi masih naik turun,” ucap Dicky.

BACA JUGA  Kreatif, PKK Kelurahan Letung Hasilkan Vita dan Bendo Rambut Bernilai Ekonomis

“Di tahun kedua kita masih melihat masih ada inkosistensi kebijakan. Belum sinergi juga, sering berubah, mepet, itu masih kita lihat,” lanjut Dicky.

Salah satu poin yang menjadi sorotan Dicky adalah pada 2021 lalu vaksin terlalu menjadi andalan. Menurut dia, hal itu yang memicu lonjakan jumlah korban ketika terjadi gelombang kedua akibat penyebaran varian Delta.

BACA JUGA  Peraturan PPLN Berubah-ubah, Menkes Sebut Bukan Cuma di Indonesia

“Banyak sekali korban karena sistem enggak disiapkan betul. Langkah 3T dan 5M juga enggak kuat, hanya bergantung pada vaksinasi yang tidak terlalu cepat dan akhirnya menimbulkan banyak korban,” lanjut Dicky.

Memasuki 2022, Dicky melihat pemerintah konsolidasi di pemerintahan dan masyarakat semakin kuat, ditambah vakinasi meningkat. Akan tetapi, lanjut dia, untuk menghadapi pandemi kita tidak bisa hanya mengandalkan vaksinasi.

 


Terhubung dengan kami