Gawat! Pekan Depan Nilai Tukar Rupiah Bisa Tembus Rp 15.000/US$1

Gawat! Pekan Depan Nilai Tukar Rupiah Bisa Tembus Rp 15.000/US$1
Ilustrasi, Nilai Tukar - Foto: dok.
banner 120x600

AnambasPos.co.id – Kurs rupiah terhadap US$ dikhawatirkan terus melemah dan diperkirakan bisa tembus Rp 15.000 pada perdagangan pekan depan.

Dalam penutupan Jumat pekan ini kurs rupiah sudah turun hingga Rp 14.495, yang merupakan angka terendah sejak awal tahun ini. Kurs rupiah pernah mencapai posisi terkuat pada 4 Januari Rp 13.855/US$.

Pelemahan pada semester pertama diperkirakan berlanjut hingga semester II ini. Tekanan terhadap rupiah diperkirakan lebih berat karena kemungkinan bank sentral AS (The Fed) melakukan tapering atau pengurangan nilai stimulus moneter (quantitative easing/QE).

Berkaca dari pengalaman di tahun 2013, saat The Fed melakukan tapering yield obligasi (Treasury) di AS melesat naik, telah memicu capital outflow di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Baca juga  Rupiah Tekan Dolar AS ke Rp 13.779

Dalam kondisi ini Bank Indonesia (BI) dinilai perlu menaikkan suku bunga acuannya sebagai upaya menahan pelemahan rupiah lebih dalam.

Analis Pasar Uang Ariston Tjendra mengatakan, rupiah ke level Rp 15.000 per dolar AS sudah di depan mata, sehingga BI perlu mengimbangi langkah Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) untuk meredam pelemahan rupiah ke depannya.

“Alasan inflasi naik bisa dijadikan alasan untuk menaikan suku bunga acuannya,” kata Ariston, seperti dikutip Tribunnews.com, Jumat (1/7/2022).

Baca juga  Pengguna Jalan Tol di Aceh Meningkat Capai 4.000-an Kendaraan/hari

Ia menyebut, isu resesi mendorong pasar keluar dari aset berisiko termasuk rupiah, dan indeks saham Asia termasuk IHSG turut bergerak negatif.

“Semalam data indikator inflasi AS, Core PCE Price Index bulan Mei masih memperlihatkan level inflasi AS yang tinggi, sehingga ini memberikan alasan bagi the Fed untuk menaikan suku bunga acuannya dengan agresif tahun ini,” ujarnya.

Baca juga  Dibalik Rupiah Menguat Tidak Ada Intervensi BI

Dari dalam negri sendiri, kata Ariston, laporan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan inflasi Indonesia tembus 4 persen secara tahunan.

Inflasi yang meninggi disebabkan kenaikan harga bahan pangan dan bisa menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia. “Bila tidak berhasil dikendalikan sehingga ini memberikan dampak negatif ke rupiah,” ucap Ariston.