Merdeka atau Mati
Merdeka atau mati
Adalah semboyan para pejuang kita dulu
Menjadi tekat yang menyatu dalam denyut-denyut nadi
Pembawa gairah, dan terus bertahan di medan juang kala itu
Walau hanya bambu runcing sebagai senjata paling canggih
Merdeka atau mati
Adalah tekad para pejuang kita dulu
Tiga setengah abad melawan angkuhnya penjajah kolonial Belanda
Tiga setengah tahun melawan kekejaman Jepang
Namun berpaling surut walau setapakpun
Mereka berpantang
Merdeka atau mati
Adalah doktrin para pejuang kita dulu
Menjadi ideologi diri yang terpatri dalam lubuk hati
Menjujung tinggi marwah negeri Ibu Pertiwi
Tersebab, lebih baik mati di medan pertempuran menemui syahid Fiesabilillah
Dari pada hidup terhina di negeri sendiri diperbudak kaum penjajah laknatullah
Merdeka atau mati
Ternyata masih saja menjadi semboyan kita hari ini
Sebagai anak bangsa pribumi
Yang belum merdeka seutuhnya
Dari penjajahan kaum kapitalis
Yang terus merampas setiap jengkal tanah kita
Bagai gurita membelit dan menghisap sum-sum tulang-tulang kita
Mengusai mayoritas hasil kekayaan alam kita
Sementara itu, kemiskinan masih saja menjadi hantu-hantu tidur kita
Mengganyang-ganyang otak kita
Mengoyak – moyak perasaan kita
Menjadi tanya kita yang terbengakalai tak berjawab
Tentang hari esok kita mau makan apa?
Merdeka atau mati
Entah sampai berapa lama
Kata-kata itu masih saja akan dipersembahkan untuk kita
Kaum lemah di negeri ini
Mungkinkah hingga ke hari – hari mati?
Tarempa, 7 Agustus 2017
(Sajak –sajak ini akan dibacakan di Halaman Taman Bermadah, Kamis 17 Agustus 2017 mendatang, dalam rangka memeriahkan HUT RI ke-72 di Kabupaten Kepulauan Anambas)